Dynamic Camouflage Text Generator at TextSpace.net

Style_1
(Background)
Style_2
(Font Colour)
Style_3
(Font Face - Font Size)

Jumat, 11 Maret 2022

Pengenalan Karate Dan Sejarahnya

Kushin Ryu M Karate Do Kalbar [doc]

Karate merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang berasal dari Jepang hingga menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantarnya. Karate berasal dari kanji 「空手」yang tersusun dari kanji「空」yang artinya "kosong" dan kanji「手」yang artinya "tangan". Secara harafiah, karate berarti tangan kosong. Namun menurut Gichin, kata “Kara” pada karate juga bisa diartikan sebagai sifat jujur dan rendah hati.

Karate adalah salah satu seni beladiri yang memanfaatkan tendangan, serangan dengan pukulan, serta pertahanan murni menggunakan tangan dan kaki tanpa alat. Teknik bela diri jenis ini menekankan pada konsentrasi dan kekuatan tubuh pada titik serang dan pertahanan yang dituju. Saat gerakan karate dilakukan, baik itu untuk menyerang maupun bertahan, efeknya akan dirasakan secara instan.

Untuk karateka yang sudah ahli, memecahkan balok kayu atau batu bata menggunakan tangan kosong adalah hal yang lumrah. Selain soal kekuatan fisik, karate juga mengedepankan ketepatan waktu, taktik, semangat, dan kedisiplinan.

Sejarah Karate

Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Okinawa, Jepang. Olahraga ini terinspirasi dari seni bela diri kenpo yang berasal dari Cina dan pertama kali diperkenalkan kepada warga Jepang pada tahun 1916 oleh Gichin Fukanosi.

Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).

Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu :

  1. Shotokan
  2. Goju-Ryu
  3. Shito-Ryu
  4. Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”.

Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat “tanpa kontak langsung”, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang “kontak langsung”.

Di Indonesia sendiri, karate pertama kali dibawa oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang. Lalu pada tahun 1964, terbentuklah induk organisasi karate pertama di negara ini yang bernama Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI).

Pada tahun 1972, setelah banyaknya perkembangan yang terjadi, nama PORKI berubah menjadi Federasi Olahraga Karate Indonesia (FORKI).

Prinsip Karate

Karate tak hanya soal fisik tapi juga mental dan disiplin. Di dalam karate, ada suatu prinsip yang disebut Bushido. Bushido adalah suatu sikap mental atau cara berpikir seorang samurai yang dimaksudkan untuk membuat para samurai tersebut menguasi pikiran dan alam semesta melalui pengalaman hidup serta kontrol diri, kebijaksanaan, maupun pengembangan kekuatan.

Bushido memiliki tujuh prinsip penting, yaitu :

  1. Seigi (keputusan yang tepat)
  2. Yuki (keberanian dan kepahlawanan)
  3. Jin (kasih dan kebajikan bagi semua orang)
  4. Reigi (sopan santun dan tindakan yang tepat)
  5. Makoto (sejati dan ketulusan ucapan)
  6. Meiyo (hormat dan kemuliaan)
  7. Chugi (loyalitas)

Bagi para atlet atau pegiat karate, tujuan tertinggi dari menjalani Bushido adalah mendapatkan kebajikan dan kebijaksanaan dalam pikiran dan tindakan.

Pola pikir ini akan membantu para karateka untuk menyelaraskan pikiran dengan tubuh, sehingga tidak gegabah dalam bertindak dan tenang saat menghadapi kesulitan maupun tantangan.

Para praktisi karate juga harus memahami 20 filosofi karate Gichin Funakoshi, yaitu :

  1. Dalam karate, semua bermula dan berakhir dengan sikap hormat
  2. Tidak ada sikap menyerang terlebih dahulu
  3. Karate adalah sebuah pertolongan pada keadilan
  4. Kenali diri sendiri sebelum mengenal orang lain
  5. Pertama semangat, kedua teknik
  6. Bersiaplah untuk membebaskan pikiran
  7. Kecelakaan bisa terjadi akibat kurang perhatian
  8. Berlatih karate tidak hanya di dalam dojo
  9. Belajar karate membutuhkan waktu seumur hidup
  10. Atasi masalah dengan semangat karate
  11. Karate sama dengan air panas, jika tidak selalu dipanaskan, akan menjadi dingin
  12. Jangan berpikir untuk menang tapi berpikir untuk tidak kalah
  13. Rahasia pertarungan karate, tersembunyi dalam seni yang mengarahkannya
  14. Bergeraklah mengikuti lawan
  15. Pikirkan bahwa kedua kaki dan tanganmu adalah pedang
  16. Saat akan berjuang untuk bekerja, pikirkan bahwa jutaan lawan tengah menunggumu.
  17. Pemula harus mempelajari sikap tubuh yang rendah. Posisi tubuh yang wajar diperuntukkan bagi tingkat lanjut
  18. Berlatih kata adalah satu hal dan menghadapi pertarungan adalah yang sudah berbeda
  19. Jangan pernah lupa aplikasi ringan dan berat dari kekutan, meregangkan dan mengerutkan badan, serta cepat dan lambat dari teknik
  20. Carilah cara untuk bisa berlatih sepanjang waktu
Sumpah Karate

Sumpah Karate adalah ikrar seorang Karateka ketika dia mempelajari Karate. Sumpah Karate harus di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya berlaku ketika diucapkan Di Dojo atau dalam ruang lingkup organisasi / perkumpulan karate. Sumpah Karate berbunyi :


Sumpah Karate
Sanggup memelihara kepribadian
Sanggup patuh pada kejujuran
Sanggup mempertinggi prestasi
Sanggup menjaga sopan santun
Sanggup menguasai diri. Catatan !

Salam Karate

Salam Karate merupakan hal yang sangat penting, karena di sinilah letak arti filosofi terdalam, kerendahan hati dan semangat untuk terus belajar.

Seperti halnya kebudayaan masyarakat Jepang yang akrab dengan sapaan dan penghormatan, sikap dalam mengucapkan salam adalah sikap siap sempurna dan membungkukkan badan dan mengucapkan Oss. Para penampil karate yang akan bertanding biasanya akan saling membungkukkan badan berhadapan sambil mengucap 'Oshi', atau sering juga dibaca dengan 'Oss'.

Kata ini berasal dari singkatan 'Oshi Shinobu' yang artinya tidak pernah menyerah. Kata ‘Oshi’ juga berasal dari ungkapan 'Osu No Seishin' yang memiliki arti ketekunan dalam tekanan. Dalam pertandingan karate, kata ini biasanya diucapkan sekedar untuk menjawab ‘ya’ atau ‘paham’ dari instruksi yang diberikan.

Beberapa istilah penghormatan dalam karate, diantaranya adalah :

  • Mokuso : aba-aba untuk menutup mata dan memulai meditasi.
  • Mokuso yame : aba-aba untuk membuka mata setelah setelah meditasi.
  • Shomen ni rei : Menghormat ke depan (pada pertandingan, aba-aba ini digunakan untuk menghormat ke arbiter pertandingan, pemimpin perguruan, dan senior-senior yang duduk di depan).
  • Shihan ni rei : Menghormat kepada Shihan.
  • Sensei ni rei / Senpai ni rei : Menghormat kepada pembina.
  • Otagai ni rei : Menghormat ke lawan (orang lain)

Cara memberi penghormatan, diantaranya :

  • Posisi Berdiri
  • Kaki rapat, telapak tangan terbuka di samping badan (untuk putra) dan telapak tangan merapat ke paha (untuk putri), kemudian badan sedikit membungkuk (30 derajat) ke depan sambil menganggukkan kepala.

    Catatan :
    Penghormatan ini ditujukan kepada bendera Merah Putih, lambang FORKI, atau lambang-lambang lainnya yang perlu penghormatan.

    Untuk penghormatan kepada sesama karateka (guru, pelatih, senpai, sesama teman) sambil mengucapkan Osh yang berasal dari kata Oshi Shinobu yang artinya semangat pantang menyerah atau pantang mundur.

  • Posisi Duduk
  • Kedua telapak tangan diletakkan di depan lutut, bungkukkan badan ke depan dengan posisi kepala tidak menyentuh lantai, masih melihat kepada yang diberi penghormatan. Penghormatan ini ditujukan sama seperti saat berdiri.

Upacara Karate

Karate yang dipimpin oleh Karateka tingkat tertinggi yang mengikuti latihan pada saat itu sebelum dan sesudah latihan. Para Karateka membentuk sebuah barisan sesuai tingkatannya, dimulai dari yang paling tinggi di sebelah kanan, dan yang rendah di sebelah kiri. Sensei atau Instruktur yang bertugas pada saat itu akan berdiri di Depan barisan.